Barista: Sekedar Profesi atau Pakai Hati?
Rab, 29 Apr 2020 pukul 14.02
Barista bukan hanya sekedar orang yang “bertugas” untuk membuat kopi di kedai kopi. Lebih dari itu, mereka adalah seniman.
JADI sepertinya sah jika kita,, mengatakan bahwa menjadi barista bukanlah perkara gampang segampang membalikkan tangan. Juga bukan pekerjaan mudah meskipun yang mereka kerjakan seolah terlihat mudah.
Di banyak kamus bahasa, pengertian barista adalah seseorang yang menyiapkan dan menyajikan kopi-kopi berbasis espresso. Meskipun istilah barista digunakan untuk menyebut orang yang menyiapkan kopi, namun secara teknis barista adalah seseorang yang sudah terlatih secara profesional untuk membuat espresso, plus memiliki keahlian tingkat tinggi untuk meracik kopi-kopi yang melibatkan berbagai campuran dan rasio semacam latte atau cappuccino.
Secara etimologi, kata barista berasal dari Bahasa Italia yang berarti bartender, yaitu mereka yang menyajikan segala macam minuman, bukan hanya kopi. Namun seiring perkembangan zaman dan masuknya tren kopi ke Amerika dan Eropa, kata ini kemudian diadopsi menjadi yang sekarang kita kenal. Sementara di Italia sendiri, barista sering disebut dengan baristi (untuk laki-laki) atau bariste (untuk perempuan).
Umumnya barista memang bekerja di kedai-kedai kopi, bar-bar kopi atau coffee shop dan biasanya mengoperasikan mesin-mesin espresso komersial yang cenderung rumit. Tugas mereka adalah mengukur seberapa besar suhu dan tekanan yang diperlukan untuk membuat espresso—terutama karena espresso dikenal sebagai minuman yang ‘agak ribet’ sehingga membuat espresso secara manual pun dianggap sebagai pekerjaan yang penuh keterampilan.
Selanjutnya barista juga membuat dan menyiapkan minuman-minuman yang memakai campuran susu, entah itu cappuccino, latte atau variasi keduanya. Menyajikan kopi-kopi semacam ini pun bukan pekerjaan yang hanya sekadar mencampurkan-susu-ke dalam-espresso saja, tapi memerlukan keterampilan dan skill tambahan lagi untuk meramu: apakah susunya harus di-froth, di-steam atau di-foam sebelum akhirnya menyempurnakan sentuhan di minuman itu dengan yang sekarang Anda kenal dengan latte art.
Di luar menyiapkan espresso dan minuman-minuman lain, seorang barista yang terampil juga dituntut memiliki pengetahuan yang baik tentang seluruh proses kopi agar bisa menyiapkan secangkir kopi nikmat yang tak akan terlupakan oleh pelanggannya. Karena tidak lucu juga ‘kan kalau kita bertanya “single origin apa yang diseduh hari ini?” namun dijawab “single origin Aeropress, V60 (atau nama-nama manual brewer lainnya)” oleh si barista.
Karena itu pula, untuk menjadi seorang barista diperlukan latihan demi latihan, bahkan tak jarang mereka mengikuti kelas-kelas dan pelatihan barista selama bertahun-tahun sebelum “ditahbiskan” dengan predikat ahli atau expert dalam bidang meracik kopi bernama barista.
Popularitas kopi yang kian tahun kian meningkat pun ikut menaikkan gengsi dan popularitas para peracik kopi bernama barista ini. Di banyak negara yang memiliki kultur minum kopi, seorang barista bahkan bisa memperoleh pendapatan per jam yang fantastis. Di Australia, pendapatan rata-rata barista bisa mencapai lebih dari $35 per jam, menyusul di belakangnya Oslo, Norwegia dengan pendapatan barista per jam $28.
Di sisi lain, semakin maraknya dunia kopi juga akhirnya melahirkan kompetisi barista kelas dunia. Kejuaraan resmi barista awalnya bermula di Norwegia, namun kejuaraan bergengsi yang sekarang dikenal dengan World Barista Championship (WBC) rutin digelar setiap tahun di berbagai negara berbeda. Sebelum berkompetisi di ajang WBC, biasanya masing-masing partisipan wajib mengikuti dulu kompetisi serupa di negara mereka untuk bisa diperhitungkan masuk ke WBC.
Kesimpulannya, memiliki dedikasi penuh dan (selalu) bersikap profesional barangkali adalah salah satu alasan mengapa barista di luar negeri cenderung dihargai (baca: dibayar) begitu mahal. Karena sejatinya profesi barista bukan hanya sekedar ‘tukang bikin kopi’ lalu selesai. Mereka adalah seniman yang tahu betul seberapa banyak takaran dan campuran yang diperlukan untuk menyajikan espresso dan variasinya. Jika pelanggan memesan cappucino, maka mereka akan benar-benar meramu cappucino, bukan latte. Dan sebaliknya.
Untuk kamu yang ingin menjadi barista handal dan berniat menekuni profesi ini, Jemi Bayu dari TEMU Coffee akan berbagi kiat-kiatnya di Podcast BA(cot)RISTA episode Bacotan Awal [KLIK].
Sumber: artikel asli