Bikin Merinding! Ini Review Film Suzzanna: Malam Jumat Kliwon
Sab, 26 Apr 2025 pukul 02.59
Penggemar film horor lokal tentunya tak asing dengan sosok Suzzanna yang sudah menjadi legenda horor Indonesia. Pada 2018, Soraya Intercine Films pun berhasil ‘menghidupkan’ kembali sosok Suzzanna lewat film Suzzanna: Bernapas dalam Kubur yang dibintangi oleh Luna Maya.
Di tahun ini, Luna Maya pun kembali memerankan sang legenda horor lewat film Suzzanna: Malam Jumat Kliwon. Film yang sudah tayang mulai 3 Agustus kemarin berkisah tentang Suzzanna yang menikah secara paksa dengan saudagar di desanya untuk melunasi utang kedua orang tuanya.
Sayang, pernikahan ini tak disukai oleh istri pertama sang saudagar yang kemudian menyantet Suzzanna. Ia pun tewas mengenaskan sewaktu melahirkan sebelum akhirnya gentayangan sebagai Sundel Bolong.
Sebelum nonton, yuk Roovers intip reviewnya dulu, berikut ini.
Review film Suzzanna: Malam Jumat Kliwon
Premis standar yang cukup bertele-tele

Source: Istimewa
Dalam film remake ini, jalan cerita Suzzanna: Malam Jumat Kliwon bisa dibilang sedikit berbeda dengan film aslinya yang dibintangi oleh mendiang Suzzanna pada 1986 silam.
Akan tetapi, premis Suzzanna: Malam Jumat Kliwon sebenarnya bukan sesuatu yang baru untuk sebuah film horor. Pasalnya, premisnya adalah tipikal jalan cerita film horor standar yang sudah sering digunakan oleh film-film horor lokal.
Ya, jalan cerita film ini kurang-lebih hanya berfokus pada hantu perempuan korban eksploitasi yang kembali untuk balas dendam. Hanya saja, premis yang standar ini sebenarnya masih bisa dinikmati oleh penonton, lantaran turut menggabungkan elemen romansa, komedi, serta sedikit aksi, bukan sekadar horor.
Penggabungan elemen inipun membuat ceritanya yang standar tersebut menjadi terasa sedikit lebih berwarna. Sayangnya, pengemasan cerita dalam film ini berlangsung dengan cukup bertele-tele.
Terlepas dari itu, eksekusi penyelesaian konflik pada ending filmnya terbilang berlangsung dengan sangat baik.
Tanpa jumpscare tetap terasa mencekam
Saat menonton film horor sebagian orang akan berekspektasi mendapatkan banyak momen yang bikin kaget alias adegan jump scare. Akan tetapi, film Suzzanna: Malam Jumat Kliwon bukanlah tipikal film horor yang menjual jump scare.
Film ini justru menghadirkan rasa takut penonton dengan membangun atmosfer yang terasa mencekam pada setiap adegannya. Tak hanya itu, film ini juga beberapa kali terlihat menggunakan elemen gore untuk membuat penonton merasa ngeri sekaligus ngilu.
Hasilnya, Suzzanna: Malam Jumat Kliwon tetap berhasil membangun nuansa yang mencekam tanpa harus menggunakan jump scare. Hanya saja, film ini mungkin jadi film yang terasa mengecewakan buat penonton yang merasa jumpscare adalah elemen terpenting bagi sebuah film horor.
Akting yang terasa agak berlebihan
Film satu ini dibintangi oleh beberapa artis kenamaan, seperti Luna Maya, Achmad Megantara, Tyo Pakusadewo, Sally Marcellina, Taskya Namya, Adi Bing Slamet, hingga Opie Kumis. Sejatinya, akting para pemain di film ini cukup baik, hanya saja terasa agak berlebihan di beberapa adegan.
Seperti suara tertawa khas kuntilanak Luna Maya sebagai Suzzanna juga terdengar kurang natural di beberapa momen. Uniknya, pemain yang penampilannya paling menonjol dari segi kualitas akting dalam film ini justru adalah Taskya Namya yang berperan sebagai Ratih, pembantu di kediaman Raden Aryo.
Meski porsi perannya tak terlalu banyak, Taskya selalu berhasil tampil ekspresif dan menggambarkan emosi suatu adegan dengan tepat tanpa terasa berlebihan.
Visual kelam dengan soundtrack yang kurang pas
Visual menjadi elemen terpenting dalam menciptakan nuansa mencekam di film ini. Sebab, sinematografinya memiliki warna agak gelap serta make-up Suzzanna yang tampak mencekam sehingga suasananya jadi semakin kelam.
Hanya saja, harus diakui bahwa masih ada beberapa momen dengan CGI yang tak rapi, serta make-up yang terlihat agak berlebihan di beberapa adegan.
Scoring juga sebenarnya berperan penting dalam membuat beberapa adegan jadi terasa lebih horor dan mendebarkan. Aksn tetapi, soundtrack dalam film ini tak ada satupun yang terasa pas dengan suasana adegannya, ataupun latar waktu dari filmnya.
Penulis: Asthesia Dhea Cantika